Francisca Cintya Dewi

Senin, 28 November 2011

Berperang karena Allah SWT Semata
Add caption
Judul Novel                             : Khalid bin Walid : Pedang Allah yang Terhunus
Pengarang                               : Abdul Latip Talib
Penerbit                                   : PTS Fortuna
Tahun terbit, cetakan ke          : Juli 2008, Cetakan ke I
Tebal buku, ukuran buku        : 419 halaman, 20 cm x 13 cm
Mahasuci Allah atas semua limpahan karunia-nya, Mahabesar Allah dengan segala firman-nya. Allah telah menurunkan Islam sebagai petunjuk hidup, penerang kehidupan, sekaligus jalan keselamatan bagi hamba-hamba-nya. Perkembangan zaman sekarang telah mengubah pola perilaku dan pikiran anak-anak muda, yang dahulunya taat dalam beribadah dan selalu berbuat hal yang terpuji. Namun, sekarang sepertinya dunia sudah terbalik, sudah sangat sulit sekali menemukan orang-orang  yang taat dan patuh terhadap agamanya dan aturan hidupnya. Sebuah novel berjudul Khalid bin Walid : Pedang Allah yang Terhunus nampaknya cocok untuk bacaan dan pelajaran bagi kita.
Cerita novel ini mengisahkan tentang seorang panglima tentara Islam yang paling ulung, yaitu Khalid bin Walid. Khalid bin Walid mendapat gelar Saifullah berarti pedang Allah yang dilantik oleh Nabi Muhammad saw. Khalid sudah mengikuti 50 peperangan dan memperoleh kemenangan dalam semua peperangan itu. Panglima Khalid bin Walid meninggal dunia pada umur 58 tahun, 21 hijrah.
Awalnya, Khalid bin Walid merupakan ketua pemimpin pasukan berkuda Quraisy. Bapak Khalid, yaitu Walid adalah orang yang kaya dan memiliki sifat pemurah hati (Adil Wahid), orang paling murah hati nomor satu. Ibunya bernama Lubabah Al-Sughra. Lubabah adalah anak perempuan Haris, pemimpin Quraisy yang dihormati.
Sejak kecil, Khalid sudah dilatih menjadi pahlawan. Dia pandai menunggang kuda dan menggunakan senjata. Nah, Khalaid pun menjadi pemimpin pasukan berkuda Quraisy dalam perang Uhud dan  apa yang terjadi? Khalid dan pasukannya dapat mengalahkan tentara Islam.
Pada suatu hari, ayah Khalid, yaitu Walid masuk ke Masjidil Haram. Ketiaka itu, Nabi Muhammad saw sedang membaca Al-Qur’an. Walid mendengar apa yang dibacannya, kemudian Walid keluar dari Masjidil Haram dan mengagumi bacaan yang dibaca oleh Nabi Muhammad saw. Peristiwa itu membuat Khalid terkesan. Khalid pun memeluk Islam sebagai agamanya.
Apa yang terjadi setelah dia mengakui Islam sebagai agamanya? Ternyata pengakuan itu sangat tidak disetujui oleh semua orang Quraisy. Abu Lahab, seorang pemimpin Quraisy yang paling kuat menentang Nabi Muhammad Saw. Sehingga Allah mencelanya melalui surah Al-Lahab dalam Al-Qur’an, berteriak kepada Khalid bin Walid, “Apa yang saudara dapat jika menjadi pengikut Muhammad? Saudara telah terkena sihir Muhammad. Biar saya cariakan dukun yang handal untuk mengobati saudara!”
“Saya sudah lama yakin dengan apa yang dibacakan oleh Muhammad dan kebenaran agama yang dibawanya. Namun, kebenaran itu ditutup oleh hawa nafsu, harta, dan pangkat yang ada pada diri saya. Mulai hariini, saya akan melawan hawa nafsu saya itu. Saya rela kehilangan harta dan pangkat demi mencari kebenaran,” balas Khalid bin Walid.
Banyak orang yang ingin menghalanginya pada saat dia mau pergi ke Madinah, tetapi setelah dia berkata dan mengancam, semua warga daim membisu, mereka semua bukan tandingannya. Sebelum meninggalkan tempat itu, dia berkata, “Saya pergi ke Madinah seorang diri. Siapa yang tidak saying pada nyawa, boleh coba menghalangi perjalanan saya.”
“Saya baru pulang ban bertemu Nabi Muhammad. Dia menyuruh saya memberitahukan berita gembira kepada saudara sekalian. Khalid bin Walid sudah memeluk Islam. Nabi menyuruh kita menganggapnya sebagai saudara. Segala kesalahannya kepada kita selama ini harus dimaafkan.” Kata Umar dengan wajah yang berseri.
Khalid bin Walid sudah menyertai 100 lebih peperangan dan memperoleh kemenagan dalam semua kemenangan itu. Dia terus menjadi panglima perang sampai Khalifah  Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggal dunia. Ketika Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, jabatan Khalid bin Walid ditanggalkan dan tempatnya digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrahh.
Ketika jabatannya digantikan, Khalid tidak menampakkan perubahan dan marah serta tidak bersedih dengan keputusan Khalifah Umar. Bahkan, dia berkata, “Semua yang kita miliki di dunia ini hanya sementara. Kita harus ikhlas karena semua yang terjadi dengan izin Allah.” Subhanallah memang pantas Nabi Muhammad menyebutnya Saifullah, selain dia cerdiak dan berani dalam berperang tetapi dia mempunyai sifat yang amat istimewa.
Perginya Seorang Pahlawan, menyebabkan  kesedihan yang sangat mendalam bagi yang para sahabatnya. Ada satu keinginan yang tidak bisa dicapai oleh Si Pedang Allah, yaitu mati dalam keadaan Syahid. Tetapi Allah berkehendak lain. Innalillahi wainna ilaihi raajiun, Khalid pun menghembuskan napas terakhir bersama harapan yang tidak kesampaian. Ending yang menyedihkan.
Aku Sudah menyertai lebih 100 peperangan. Aku terlihat secara langsugn dalam peperangan besar seperti perang Muktah, berperang dengan Persia, melawan tentara Romawi di Yarmuk, merebut Damaskus, menaklukan Mesir, dan menyelamatkan Baitul Maqdis dari kekuasaan Kristen. Itulah kejayaan yang tidak dapat aku lupakan karena Baitul Maqdis bebas dari Cengkraman mereka, (Khalid bin Walid).
Novel ini memiliki nilai yang berharga bagi umat Islam di seluruh dunia. Penulis tampaknya sangat memperhatikan unsur ekstrinsiknya. Dimulai dari kesetiaan setiap umat muslim terhadap agamanya, mereka lebih memilih syahid daripada harus menyerah kalah, dan kepatuhan mereka terhadap para Nabi serta Khalifah-Khalifahnya.
Dari segi keagamaan, novel ini sangat bagus untuk meningkatkan keimanan orang-orang muslim di seluruh dunia, tetapi sayangnya, dari kualitas  tulisan dan kertas yang digunakan dalam penulisan novel ini kurang bermutu. Tintanya melebur dan kertas yang berwarna buram  menyebabkan pembaca sulit untuk membaca novel ini secara saksama.
Membaca novel ini seakan-akan membawa kita ke dunia peperangan yang nyata. Novel yang dipadu dengan Cover yang menarik dan unik setidak-tidaknya dapat menarik orang-orang untuk membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar